Jumat, 20 Mei 2011

pahlawanku sayang pahlawanku malang

pahlawanku sayang pahlawanku malang

Tahun pelajaran baru telah tiba. Pada saat itu kami semua masih mengunakan seragam merah putih, hatiku begitu senang dan riang pada saat MOPD di sekolah SMPN 2 Tanjungsari, karena disana saya mendapatkan banyak teman baru dengan berbagai karakter.
Indri adalah seorang gadis manis yang periang,dan memiliki badan yang bohai,cewek super galak,cerewet,egois,yang tetapi baik hati ini adalah teman sebangku Indah, Indah adalah seorang cewek yang super tajir,dia memiliki badan yang lebih montok daripada Indri, dia adalah KM di kelas VIIA. Pada saat KBM dimulai pelajaran yang kami terima pertama adalah pelajaran matematika, guru matematika sangatlah menyenangkan beliau adalah seorang pria yang baik hati,ramah,supel,dan cara mengajarnyapun membuat kami semangat untuk belajar matematika. Bahkan setiap ada tugas dari guru kami yang bernama Pak Adi ini selalu kami kerjakan, ditambah lagi beliau masih bujang dan tampan pula, kami sekelas sangat menyayangi pak Adi.
Tapi, ketika kami sudah mengenal pak Adi begitu dekat sampai-sampai kami telah menganggap pak Adi sebagai Ayah kami kedua. Dengan adanya pak Adi disekolah ini kami merasa ada sosok guru yang memiliki keistimewaan yang begitu berbeda daripada guru lainnya, pak Adi rela memberikan les private sehabis pulang ssekolah sehingga membuat nilai-nilai matematika kamipun lebih bagus dari semua siswa-siswa yang. Sayang kebersamaan itu telah pergiu hanyalah tinggal kenangan, pak Adi adalah seorang guru yang periang,penyayang,wajahnya yang selalau membuat kami tertawa bahagia, tak pernah membuat kami setres memikirkan pelajaran matematika kini telah pergi.
*****
Dua tahun telah kami lalui bersama pak Adi, pak Adi yang kami kenal kini telah pergi meninggalkasn kam, kini kami beranjak menuju kelas IX, kami merasakan kerinduan yang amat mendalam kepada pak Adi. Pak Adi adalah satu-satunya guru yang mengerti karakter kami yang begitu beranekaragam. Ada Siti yang pendiam yang sangat tertutup terhadap teman yang lain, Indri adalah seorang bendahara kelas kami yang begitu cerewet,egois,galak,manis,dan dia mempunyai body yang montok dan dia adalah satu-satunya murid yang berani menentang guru,tetapi dia agamis dan baik hati,serta dia senang sekali membuat orang tertawa dengan leluconnya yang aneh. Indah, gadis yang super tajir yang paling sering neraktir kami sekelas ini adalah seorang KM yang pelit,tetapi baik hati,dan peyayang. Sari adalah satu-satunya murid cewek yang dekat sekali dengan guru matermatika baru kami. Lia adalah gadis manis yang lemah gemulai,periang,dan jago menari ini sangatlah cantik. Ica adalah teman kami yang begitu mungil sanagtlah cerewet,centil dan lincah ini memiliki karakter yang hampir sama seperti Susan. Nur cewek yang selalu jadi bahan cemoohan tiap murid dikelas ini sangatlah sensitive dan tingkah lakunya yang autis dan kocak membuat Indri dan teman-teman memeberi julukan dia bentes, karena tingkah lakunya yang aneh membuat kami tertawa dan Indri selalu menjailainya dengan tingkah kocaknya. Budy cowok yang memilliki pantat bohai ini sangatlah jail terhadap guru sama halnya seperti Peri. Yuda cowok yang super centil kaya cewek ini obinya ngoceh mulu,cowok ini super nyebelin dan banyak enggak disukai sama temen-temen sekelas, ada juga Lina yang sama-sama seperti membenci guru yang egois seperti Indri.
*****
Terlewatkan kita memikirkan pak Adi, sekarang ada pengganti pak Adi yaitu bu Rina. Awal pertama perkenalan bu Rina sangatlah baik, peyayang dan baik hati karena dia tidak pernah marah kepada kami dan selalu sabar. Awal mengajar dikelas,kita semua wajib memperkenalkan diri dan menceritakan pengalaman pribadi kita masing-masing didepan kelas, ibu Rina pun merespon dengan baik dan orang ang pertama kali berani kedepan kelaas untuk menceritakan pengalaman pribadinya adalah Indri, Indri memang terkenal dengan keberaniannya dan ke Pd an-nya yang sangat tinggi dan dia tidak tahu malu. Tapi ketika kami sudah beberapa bulan belajar dengan bu Rina, kami merasakan kurang nyaman dengan sikap-nya yang selalu men-jugde kami, seolah-olah kami selalu salah dan bu Rina selalu benar. Kami tak menyangka bu Rina berskap seperti itu, kami tak menduga kejadian ini akan terjadi, hingga akhirnya seluruh siswa IX banyak yang tidak senang diajar oleh beliau, adahal kami sudah dapat meluakan sosok pak Adi dengan kehadiran bu Rina. Indri melakukan survey study banding dengan kelas IX lain tentang pendapat mereka terhadap cara ajar bu Rina dikelas, dan alhasilnya ?
“Subhanallah” teriak Indri dengan terkejut.
Hasil membuktikan bahwa 99% siswa yang diajkar oleh beliau tidak menyukai bu Rina, bahkan Indri melakukan survey kepada siswa-siswa yang berprestasi dikelasnya, dan mereka menjawab “saya tidak setuju pak Adi diganti ! karena saya merasa sudash habitually dengan pak Adi”. Tapi sekarang apa ? sosok pak Adi yang kita kenal kini digantikan oleh sosok bu Rina yang begitu berbeda 180o dengan pak Adi. Tak ada lagi kasih sayang, tak ada lagi tawqa, tak ada lagi senyum, semuanya hilang ketika pak Adi pergi. Walaupun begitu kami tetap harus melanjutkan belajar ami, tak mungkin hanya karena pak Adi pindah kami tak akan belajar matematika lagi ! kami berusaha ikhlas untuk melepaskan pak Adi pergi.
*****
Suasana kelas begitu gadu, anak-anak berlari kesana-kemari.
“ Assalamua’laikum . . . “ pekik seseorang diluar pintu kelas.
Kami-pun sekelas segera diam dan cepat-cepat duduk dibangku masing-masing dengan cekatan, lalu Indri membukakan pintu kelas,tibalah guru baru itu.
“Siang anak-anak ? maaf ibu terlambat” ungkap bu Rina
Semua anak-anak IX-E begitu adem sunyi
“Siang bu “ jawab kami seklas dengan kompak.
“Hari ini kita ulangan ya ?” pinta bu Rina
“Hah ulangan ? ko ngedadak sih bu ?” kata Indri memberontak !
“Ya,bu kita kan belum belajar bu ! ! !” sela Susan
“Ya, anak-anak kita sekarang ulangan matematika bab II ya ! siapakan kertas selembar!” perintah bu Rina
Bu Rina memang guru yang sering mengadakan ulangan dadakan padahal beliau tidak pernah mengingatkan terlebih dahulu. Murid IX-E begitu kesal dengan guru itu, apalagi ditambah denagn sifat bu Rina yang tidak mau kalah apabila sedang berbicara. Setelah ulangan berakhir,bu Rina pergi ke luar kelaas. Anak-anak IX-E begitu rebut dan gaduh karena kelaas kami terkenal denagn kelaas yang begitu rebut. Ada yang berlari-lari, ada yang berteriak-teriak yaitu Indri dan ada juga yang bergosip ria.
Tiba-tiba bu Rina datang.
“Diam anak-anak ayo semua duduk dan kerjakan tugasnya”
Bu Rina memang terkenal dengan guru yang jarang sekali menerangkan pelajaran dan hanya membeeri tugas berbeda sekali dengan sosok pak Adi yang selalu membuat kami rindu, apalagi ditambah sengan sifatnya bu Rina yang enngak mau kalah kalau urusan ngomong semunya dia yang selalu harus menang dan benar. Apalagi bu Rina selalu membangga-banggakan sekolah lamanya yang ia pernah ajar dulu.
“Ukh dasar sekolah dikampung aja bangga sih lho” cela Indri
“Hahaha…betul-betul Dri ! udah jangan dengerin dia ngomong ! “ kata Budy
80 menit pelajaran matematka begitu lama sekali. Anak-anak IX-E begitu tampak lelah dan ngantuk, apalagi ditambah susahnya mengerjakan soal yang diberikan bu Rina. Bu rina tampak asik memgang handphone-nya, padahal beliau selalu menyuruh kami semua agar kami tidak boleh membawa handphone apalagi memainkannya dikelas.
“Eh Lia kerjaannya Cuma ngaca sama nyisir aja ! kerjain tuh tugasn ya !” perintah Susan
“iya..iya biarin aja entar aja aku nyontek sama Susan” jawab Lia polos
“hah ? kamu mau nyontek ke aku ? ngerti aja enggak ! apalagi mau ngerjain” balas Susan spontan
“hahaha…”tawa Lia
“ih,Ica bete nih pingin main-main ! mainan yu Susan ? Budy ?” rengek Ica
“ah kamu kerjaannya main mulu,em,ang mau main apa ?” kata Budy
“main pukul-pukulan aja yu ?” ajak Ica
“aha nanti nangis lagi kaya kemarin-kemarin” kata Nandar
“enggak akan Nandar kan Ica udah gede hehehe…” celoteh Ica
“kalau udah gede kenapah badan kamu kecil terus ? hehehe…” ledek Nandar
“itu kan bawaan dari bayi hehehe…” jawab ica
Saat itu mereka semua berlari-lari dan bermain pukul-pukulan tampak seperti anak TK ! bel-pun berbunyi bu Rina cepat-cepat berdiri untuk menenangkan anak-anak IX-E yang sangat rebut. Anak-anak IX-E pun berggas-gegas untuk membereskan buku mereka karena ingin cepat pulang. Pelajaran-pun berakhir sudah, Ica,Putri,Lia,dan Susan pulang bersam-sama karena mereka satu arah sdagkan Indri dan Indah pulang menggunkan motor karena kondisi rumah mereka yang cukup jauh dari sekolah.
*****
Ketika dijalan mereka ber-empat becerita-cerita tentang cara mengajar bu Rina.
“uh tadi bu Rina nyebelin banget. Bukannya nerangin tapi ko malah asik sendiri ya ?” kata Lia
“ah…tuh guru emang nyebelin ya ? “ kata Ica
Tampak muka ica yang begitu mengemaskan sehingga membuat mereka bertiga tertawa begitu puas.
“iyayah aku jadi kangen pak Adi yang ganteng itu loh ! hahaha…” kata Lia
“eh inget kamu tuh udah punya pacar!tuh si irvan yang anak mami itu loh” kata Susan
“iyayah Putri juga kangen sama pak Adi. Dulu aku dia yang ngajar matematika gambpang ngertinya tapi sekarang apa? Ngerti juga kagak “ kata Putri
“udahlah jangan gomongin dia terus mending kita ngebas di tempat biasa.” Ajak Susan
“oke…oke…perut aku juga udah lapar nih “ kata Lia
“kawan, kayaknya uda ngbaso aku enggak aan pulang bareng kalian enggak apa-apakan ? soalnya au mau latihan taekwondo” ujar Putri
“iya enggak apa-apa kita tahu ko kamu kan mau ikut pertandingan taekwondo” kata Susan
“iya nih cape benget tahu” keluh Putri
“tapi kamu harus tetep berjuang putri pasti menag cayo . hahaha” kata Ica sambil bersemangat
“iya udah kita ngebaso yu dari tadi kalian ngomong terus laper nih” ajak Lia
‘iya sabar napah ? ngurusin makanan mulu nih anak” ejek Susan
“biarin aja. Hehehe” lawan Lia
“udah cepet mesen gih sana malah debat,katanya lape” sela Putri
*****
Esok harinya tiba, kitapun kembali belajar metematika brsam Rina. Malapetakapu terjadi, sifat bu Rina yang dulunya baik hati, ramah, dan tida egois itu hanya kedok belaka hanya unt membua kita senang belajar bersamanya. Tetapi anak-anak yang lain belum menyadari sifat asli bu Rina, mereka masih terbuai dengan sifat bu Rina yang masih belaga baik itu. Bahkan yang menyadari pertama kali adalah Indri dan Ica.
Pada saat pelajaran dimulai anak-anak IX-E sangatlah berisik, itulah yang membuat Ica kesal karena pada saat itu Ica masih menyukai bu Rina sehingga Ica mencoba untuk menenangkan anak-anak dikelas untuk tidak ribut.
“eh…kalian diem dong!” perintah Ica
“ih…kalian ko gak mau diem terus sih ? berisik tahu!” bentak Ica dengan suara yang keras tetapi cempreng.
“diem kalian !” bentak Ica lagi.
Tapi percuma tak ada satu orangpun yang mendengarkan kata-kata Ica, malah mereka kembali berisik tetapi pada saat itu bu Rina melihat kearah Ica dengan tatapan yang sangat marah.
“diem kamu, berisik !” sahut ibu
“kenapa? Ica-kan Cuma nyuruh mereka untuk tidak berisik terus” balas Ica dengan nada kecewa
“uadah, biarin aja jangan ikut campur kamu ! bukannya kamu ngerjain tugas “ sahut bu Rina dengan nada membentak Ica.
Icapun mengerjakan tugasnya degan rasa sedih tetapi pada saat Ica idqak bisa mengerjakan tugasnya dan dia meminta bantuan kepada Lia.
“Lia, ini tuh gimana sih ? aku gak ngerti ! bantui aku dong” keluh Ica
“yang mana Ica ? sini aku lihat “ jawab Lia
Saat Lia membantu Ica, tiba-tiba ibu berbicara :
“sedang apa kamu ?” sahut ibu kepada Ica
“minta bantuan Lia untuk ngajarin saya bu” jawab Ica
“emangnya kamu gg bisa kerjain sendiri apa?” Tanya ibu
“enggak bu ,saya gak ngerti ?”jawab Ica.
“kerjain sendiri ,jangan dulu minta bantuan terus “disaat itu juga bu Rina bekata
“untuk semuanya kerjakan sendiri jangan minta bantuan sama orang lain “kata bu Rina
Pada saat itu Ica hanya diam dan mengerjakan tugasnya sendiri dan alhamdulilahnya Ica pun selesai mengerjakan tuganya dan bukunya pun dikumpulkan bersama yang lain. Namun , masih ada saja yang belum mengerjakannya.
“ko ini masih banyak yang belum sih ? yang belum yang bagian mana ?” kata anak-anak sambil mengacungkan tangan mereka”.
“ini bu…..l” sahut anak-anak bersahut-sahut
“ko belum sih ? yang lain pada kemana sih bukannya ngebantuin temen yang belum ,malah asik sendiri,batuin dong temennya jangan pengen enak sendiri “ kata bu Rina
“ibu bukannya kata ibu kerjain sendiri ya ? jangan ngebantuin orang lain ! “ kata Ica dengan nada kesal.
“itu kan beda kondisi ,inikan anak-anaknya pada belum kasian mereka “ jawab bu Rina
“iikkh……. Ibu ko gak konsisten ya ? “ sahut Ica pada teman-temannya
“bukannya masalah konsisten ,inikan anak-anaknya pada banyak yang belum ,jadi harus kita bantu jangan mau enak sendiri “ tiba-tiba ibu menyahut kata-kata Ica
“kalau tau gitu aku gak usah ngerjain sendiri aja” sahut Ica pada temannya
“kamu!!!!! Siapanama kamu?????” Tanya bu Rina dengan tersentak
“Ica !!!” Ica pun kaget dengan sikap ibu yang menanyakan namanya,Ibu pun kembali ke meja dan menuliskan sesuatu .
Ica pun kesal dan hanya bisa diam sambil dalam hatinya dia ingin marah sekali . Pada saat itu ibu memanggil salah satu dari kelompok bertudung
“yang mana yang namanya Puspa” kata ibu
“iya bu,ada apa? “ jawab Puspa
“Puspa sayang ini kamu salah , kamu harus ngerjainnya lagi “ kata ibu
“oh ya bu “ jawab Puspa lagi
“eh Puspa sini lagi ,kamu juga salah lagi “ kata ibu
“oh ya bu” jawab Puspa
Ibu pun terus seperti itu seperti mempermainkan Puspa namun pada akhirnya.
“hehehe ,iya sok Puspa kamu sekarang boleh duduk” kata ibu sambil tertawa
Pada saat istirahat Ica pun bercerita kepada teman-temannya ,namun teman-temannya malah menghiraukan per kataan Ica dan malah membela ibu. Disana Ica masih kesal, dan Ica terpaksa memendam kekesalannya itu sendiri.
*****
Beberapa hari terlewatkan dan sampailah kita pada hari pelajaran bu Rina yaitu matematika. Kebetulan hari itu Indri berulang tahun yang ke-15 dan hari itu juga kebetulan Indri sedang shaum sunah. Tetapi memang ada saja godaannya, yaitu ketika bu Rina menyuruh anak-anak untuk menjelaskan rumus-rumus yang ada di buku matematika, dan mereka disuruh agar membuat kelompok. Pada saat itu anggota kelompopk Indri adalah Ana,Budy,Ningrum,Kia,Via,Yana,dan Tian. Mreka mengerjakan tugas dari bu Rina dengan sungguh-sungguh, dan Indri membagi bagian-bagian yang yang dikerjakan untuk setiap orang. Setelah mereka mengerjakan tugas mereka masing-masing, lalu mereka menyerahkan tugas mereka kepada Nindrum karena Ningrum adalah sekertaris kelompo Indri , dan tiba-tiba bu Rina datang, lalu bu Rina menanyakan
“ kenapa ini malah diam-diam saja ? “ Tanya bu Rina
“ kan kita udah bagi-bagi tugas bu…” jawab Indri
“ inikan tugas kelompok jadi harus mengerjakannya bersama-sama !” sahut bu Rina
“ tapikan bu biar lebih praktis dan lebih mengefesiensikan waktu !” jawab Indri
“ kamu enggak boleh gitu, bagaimanapun ini tugas kelompok jadi harus dikerjakan secara bersama-sama, gimana nanti kalau ada teman kamu yang tidak mengerti ?” bentak bu Rina pada Indri
“ ya udah terserah kita aja atuh bu, orang kita ini yang ngerjain ! gitu aja ko repot ! “ jawab Indri dengan nada mulai kesal
“ ini lagi malah main handphone ! bukannya bantu yang lain ?” Tanya bu Rina
“sayakan bilang kita udah bagi-bagi tugas ibu…jadi tinggal sekertaris yang ngerekap semua jawaban yang udah kita kasih kedia ! lagi pula saya-kan Cuma main handphone gak ribut kaya yang lain! Liat dong bu masih ada orang yang lebih ribut dari saya!” bentak Indri kesal
“ko Indri ngomongnya gitu sih ? ibu kan nanya baik-baik ko dijawabnya gitu !”
“baik-baik gimana ? orang tadi ibu ngomongnya nyengor-nyengor !”
“eh Indri kamu gg boleh gitu sam guru ! kalau ngomong yang sopan !” jawab bu Rina
“bu please deh ! saya itu lagi shaum dan saya itu lagi rarungsing ! jadi jangan ganggu-ganggu saya deh !” jawab Indri dengan nada kesal.
“ kalau kamu kesal kenapa meluapkannya keibu ?”
“ orang ibu yang mancing emosi saya keluar duluan !”
“ibu juga tahu kamu lagi kesel, tapi jangan marah-marah ke ibu ! bu juga kalau lagi kesel enggak pernah marah-marah ke orang . biar ibu pendem aja sendiri !”
“ makanya bu ,jangan suka mancing-mancing emosi orang dong ! untung saya lagi shaum ! dan asal ibu tahu ya , saya dan ibu beda jadi jangan pernah samkaan saya dengan ibu !” jawab Indri sambil menahan marah
“ eh Ndri, sabar dong kamu !” celetuk Ningrum
“ sabar-sabar ! sabar gimana ? orang ibunya yang mulai duluan.” Jawab Inddri kesal
“ ya tapi itu tuh guru Ndri, kamu harus sopan sama dia !” jawab Ningrum so menggurui
“ gw mah enggak peduli, kalo ada orang yana ngadu emosi sama gw bakal gw ladenin mau itu yang muda atau yang tua juga, kalau gw gak salah mah ! “
“Ya tapi kamu harus tetep sabar ! aku juga lagi shaum tapi aku ga bisa sabar” jawab Ningrum mulai kesal.
“ ya biarin orang mulu-mulut gw ngapain lo ikut campur?” jawab Indri kesal
“ehmph…” jawab Ningrum dengan menghela nafas sembari menahan kesal.
Dari arah yang bersebrangan terlihat ada kelompok Indah dan Peri yang melihat perdebatan antara Indri dan bu Rina.Usai pelajaran matematika terlihat Indah dan Peri mengejar bu Rina. Entah apa yang mereka katakan pada bu Rina.
*****
Setelah pulang sekolah Indri langsung latihan basket dan Indri mendapatkan sebuah kejutan. Yaitu ketika latihan dimulai Indri dimarahi-marahi oleh team pelatih dan pada saat pertandingan Indri dianggap bermain tidak baik, dan pada saat pertandingan selesai semua team putrid dkumpulkan dan dilapang dan kita semua kena marah team pelati yang tidak jelas, dan akhirnya dari arah belakang Indri banyak sekali team putra yang membanjurkan air kepada Indri, dan semua orang mengucapkan selamat lang tahun kepada Indri. Semua badan Indri basah kuyup.

*****
Hari-haripun terus berjalan dan mulailah kembali pelajaran ibu Rina .Diluar pun terdengar seseorang yang sedang mengetuk pintu dan salah satu dari kami pun membukanya .
“assalamu’alaikum anak-anak” kata ibu
“waalaikum’salam”sahut anak-anak yang lain
“sekarang kalian buat kelompok ya, setiap kelompok beranggota 6 – 8 orang”
“iya bu…“
Kita pun langsung membuat kelompok, dan tiba-tiba ibu pun berbicara dengan nada yang tidak seperti biasa
“eh ,ibu mau nanya sama semuanya .kalau di sini boleh gak sih bajunya dikeluarin terus boleh gak bawa handhone?”
“gak boleh bu…“jawab anak-anak
“Ya ampun sayang , kenapa baju kalian dikeluarin ? kalau gitu sekarang masukin baju kalian semua,atau kalau kalian tidak masukin ,ibu bakalan coret baju kalian semua , terus tolong ya saat pelajaran ibu jangan main handphone atau ibu akan mengambil handphone kalian”
Disini kita mulai terkejut dengan kata-kata yang ibu ucapkan terus tetapi anak-anak cowok dan cewek masih menghiraukan kata-kata ibu tersebut dan ibu pun beraksi .ibupun mulai berjalan diantara kelompok laki-laki dan mulai mencoret baju yang keluar
“apaan nih bu ? bajunya kenapa di coret ?” sahut Peri
“ adikan ibu sudah bilang kalau baju kaian keluar, akan ibu oret baju kalian ! ini kan salah kalian. Kenapa enggak nurut kata-kta ibu ? jadi aja ibu coret baju kalian ! sekarang masukin baju kalian, atau akan ibu coret lagi baju kalian ! “ jawab bu Rina sambil pergi merajia anak yang lain
Anak-anak yang bajunya dicoretpun mulai menggerutu, dan anak-anak yang lain mulai sibuk memsukan baju mereka karena mereka tidak ingin baju mereka terkena coretan sidol whiteboard bu Rina. Setelah selesai berkeliling, ibupun kembali duduk dan kembali memainkan handponennya, tetapi entah kenapa ibu tiba-tiba berdiri dan menghampiri salah satu dari kelompok dan berbicara.
“ sedang apa kamu Budy ?” bentak bu Rina
‘ gak bu ! gak ngapa-ngapain bu” sahu Budy kaget
“mana handphonenya ? sinikan ! kasaikan ke ibu ! “ bentak bu Rina
Dengan terpaksa Budy menyerahkan handphone itu.
‘ main handphne terus, ayak handphonennya bagus aja!” hardi bu Rina
Ibupun kembali ketempatnya sambil membawa handphone yang ia bawa dari Budy tadi. Budy-pun hanya bisa terdiam meihat sifat ibu tadi dan mendengarkan marahan dari Ana, karena handphone yang ibu bawa tadi adalah handphone milik ana yang Budy pinjam dari Ana. Sesudah menggambil handhpone milik ana, ibupun kembali kemejanya dan memberdirikan suatu paket matematika yang ada dimejanya. Entah apa yang ibu lakukan dimeja itu, ibu hanya menutupi dengan bukuk, tetapi salah satu dari kami berceloteh.
“aduh ibu…katanya jangan main handhpone ! tapi kenapa ibu sendiri malah main handhpone sih ? “ celetuk Indri yang sedari tadi memperhatikan bu Rina
“eh, maaf ya semuanya..ibu masih memegang handphone, karena ibu belum bisa lepas dari sekolah yang lama. Lalu ibu belum pamitan dengan sekolah ibu yang dulu. Jadi ibu harus memberikan kabar, tapi ibu janji ibu gg akan main handphone dikelas llagi deh…” jawab ibu dengan nada kesal
Belpun berbuyi menndai berakirnya pelajaran bu Rina yang sangat membosankan itu. Sorak-sorai anak-anakpun memecahkan suara bel yang terdengar. Ica,Putri,Lia,dan Susan bergegas menuju kantin.
“ ih nybelin banget si ibu ?” Tanya Ica
“udahlah, lagian kamu juga kenapa kaya gitu sama ibu ? dia kan guru kita juga.” Kata Putri
“ iya, ngapain sih harus kaya gitu ?” sambung Lia
“ abis si ibu yang mulai duluan sih. Katanya gak boleh main handphone ! tapi nyatanya ibu ngelanggar peraturan yang dia buat sendiri ! gak konsisiten bangetkan tuh guru ?” jawab Ica kesal
“ ya udahlah gak usah dimasalahin lagi dong, biarin aja. Udah ah makan yu…laper nih “ ajak Susan
*****
Waktu sesara bergulir begitu cepat, hingga akhirnya kita belajar lagi dengan ibu Rina.
“ eh, kemana nih bu Rina kagak ngajar apa ?” celetuk Budy
“iya, moga aja kagak ngajar dah tuh guru ! enek gw ngeliat mukanya yang aneh itu!” jawab Indri
“eh, jangan gitu dong ! gak baik tau !” potong Lia
Setengah jam berlalu anak-anak yang lagi asik main kucing-kucingan dengan suasana kelas yang sangat ribut, tiba-tiba terdengar suara halus bu Rina yang memcahkan suasan kelas.
“Assalamualaikum…maaf ibu terlambat anak-ana, tdi ibu ke dokter dulu! Biasa nih ibu lagi kurang enak sehat badannya.” Jelas bu Rina
“iya bu gak apa-apa, gak masuk juga gak apa-apa bu…” celetuk Peri yang kesal karena kedatangan ibu yang mengganggu kesenangannya.
“maksud kamu ngmong gitu apa ?” sentak ibu
Seketika anak-anak terkejut mendengar si ibu yang tibe-tiba marah besar.
“gak ada maksud apa-apa kok bu ! ya kalau sakit ulang aja, dari pada tambah parah.” Jells Peri
“tapikan saya mempunai kewajiban untuk mengajar diss…..”
Belum selesai ibu berbicara, tiba-tiba terdengarceletukan dari belakang.
“datang sih ? udah bagus tadi gak masuk, menganggu kesenanagn kita aja.”
“heh, siapa yang bilang begitu?” sentak ibu sambil menggebrak meja
Para murid-pun semakin kaget dan tersentak, ternyata ibu Rina seperti itu. Mereka tidak menyangka bahwa ternyata ibu Rina seperti itu orangnya, merekapun semakin geram dan kesal pada bu Rina. Ibu yang munkin kesal lalu segera pergi meninggalkan kelas sambil menangis.
“ih kalian apa-apaan sih ? liat tuh si ibu sampe kaya gitu gara-gara kalian !” bentak Indah
“si ibu emang harus digituin Ndah ! supaya dia nyadar” jawab Ica dengan muka merah
“ya, tapikan gak gini caranya. Sebenci-bencinya kita sama dia, tapi diakan guru kita !” jelas Lia yang membela ibu Rina
“ ah, bodo amat dah ! mau guru kek mau apa kek, emang gw pikirin apa ? bodo amat dah gw mah. Biarin aja supaya dia nyadar kalau kita gak suka belajar sama dia !!!” jawab Indri dengan amarah yang beerkobar
“ih apaan sih kalian kaya anak kecil aja sih! Ya jangan gitu juga kali. Kalian harus ngehormatin guru.” Rerai Putri dengan lembut
“iya…nanti gimana kalau nilai-nilai kalian turun gara-gara masalah ini? Kan kalian juga yang rugi.” Kata Lia membela Putri
“ ah apaan sih kalian berdua ciut banget. Ngapain takut sam adia, kalau emnag bener nilai kita turun berarti dia bukan bener-bener guru yang baik dong ? karena dia Cuma mentingin egonya aja.” Jawab Ica semakin kesal sekali kepadas Putrid an Lia yang terus membela bu Rina
“udah hey, jangan berantem aja! Pusing tau ngeliat kalian kaya gini.” Sahut Susan yang sedari tadi cuman bisa geleng-geleng kepala melihat teman-temannya nyeletuk gak karuan
“hey udah-udah ! bu Rinanya balik lagi tuh.” Tambah Susan berbicara pada teman-temannya
Bu Rina datang dan masuk kekelas dengan wajah berlinang air mata. Serentak anak-anakpun terdiam.
“ maaf handphone saya ketinggala ! terimakasih”
Ibu masuk, lalu membawa handphonenya dan segera meninggalkan kelas IX-E
“eh, blah-bloh jelema !” teriak Budy dari bagian belakang kelas
Serentak anak-anak kelas IX-E tertawa., karena pelajran matematika adalah pelajaran yang terkahir. Kami semua langsung meninggalkan kelas. Hari demi hari berjalan, sampai suatu saat kami tempatkan di hari dimana pelajaran dimulai.
“Na,matematika sekarang tuh?” Tanya Indri pada Ana
“oiyayah, sekarang ada pelajaran matematika.” Spontan Ana teringatkan oleh Indri
“wah…gawat” keluh Indri
“iya nih, males gini eung.” Keluh Ana juga
“udahlah kita ke kantin aja ! satu hari gak belajar matematika mungkin gak apa-apa !” tawar Indri sambil tertawa cengengesan
“emang Ndri gak akan jadi masalah init uh ?” Tanya Ana pada Indri ragu
“ iya bikin masalah satu kali gak apa-apalah hehehe…” jawab Indri
Ana terdiam dan ia pindah ke bangku belakang.
“ ah ciut kamu Na !” dengan nada tinggi Indri meremehkan Ana
Suan berbisik pada Putri
“ Put, sekarang pelajaran matematika. Nu Rina bakal datang gak yah?” Tanya Susan pada Putri
“gak tau, dia masih sakit hati gak yah sama kita waktu kejadian minggu kemaren ?” ragu Putri
“gak tau, moga aja gak masuk yan Put? Soalnya kalau pelajaran dia th kalau gak disuruh bikin kelompok, terus dijamin nyuruh bikin grafik fungsi. Aduh...!!! aku gak ngerti Put!” keluh Susan
“iya, aku juga gak ngerti. Abisnya bu Rina itu kerjaannya duduk aja,manyun aja, mulut gak seksi juga dimanyun-manyunin! Betul tidak San?” tanya Putri
“betul...betul...betul...lagian seksisan bibir aku tuh ! hahaha...” canda Susan memanyunkan bibirnya.
Suasana kelas sangat gaduh, berisik, dan anak-anaknya tidak mau diam.
“tok...tok...tok...” terdengar suara ketukan pintu. Seluruh siswa kelas IX-E terdiam
“musibah datang...musibah datang” canda Budy dan Peri
Suasana kelas hening, Indah membuka pintu kelas, dan dilihat ternyata bukan bu Rina tetapi pa Entis yang memberikan absen kepada Indah yang menyatakan bahwa Fashya izin, dikarenakan adiknya sudah 2 hari tidak ada dirumah.
“ye!!! Bukan si musibah yang masuk...” sorak Peri
Tetapi dugaan kami salah. Saat pintu akan ditutup kembali tiba-tiba...
“et...et...et...jangan dulu ditutup ibu mau masuk !” teriak bu Rina dari luar, sambil centil ia masuk ke kelas
“ beri salam !!!” Indah menyiapkan para murid IX-E
“assalamualaikum wr.wb” salam para murid
“waalaikumsalam wr.wb” jawab bu Rina
“duh, ibu sekarang lagi happy. Ayo, kita belajar !” ajak bu Rina dengan centil
“ ih centil gitu liat !” ucap Lia kepada Susan
“iya ih, centil banget! Aku gak suka.” Jawab Susan
“kring...kring...kring...” terdengar suara handphone ibu berbunyi
“ hallo? Assalamualaikum...iya benar! Ini dengan siapa ya? Oh, bapak. Ada apa pak? Oh, saya sekarang harus kesana? Yayaya, saya sekarang seger a kesana. Terimakasih pak atas informasinya. Wasallam” ibu menutup telfonnya. Murid-murid kelas IX-E semuanya memandang bu Rina
“anak-anak, maaf ya ibu harus ke sekolah ibu yang dulu, ada something. Barusan kepala sekolah nelfon ibu, dan harus segera kesana. Selagi ibu pergi, kalian kerjakan soal di buku paket hal 120 no 1-25. Hari ini dikumpulkan!” jelas u Rina
“ibu...jangan banyak-banyak!!!” protes Ica
“diam kamu ! jangan banyak protes. Lagian saya pergi juga bukan untuk main. Cepat kerjakan !” bentak bu Rina pada Ica
“iya bu...” Ica menunuduk sembari kesal
Lalu ibupun pergi meninggalkan kelas kami
“sabar ya Ca, dia emang kaya gitu . Udahlah-udah” Putri menenangkan
Ica menunduk. Selagi kita mengerjakan soal dari ibu, terdengar suara ketukan di pintu.
“tok...tok...tok..”
“ssstttthhh...diem,diem,diem!” kata Indah. Lalu Indah segera membukakan pintu, dan guru tiba-tiba guru piket masuk ke kelas
“assalamualaikum...” salam guru piket
“”waalaikumsalam” jawab para murid kelas IX-E
“anak-anak sekarang pelajaran matematika bukan ?” tanya guru piket
“iya bu..” jawab paramurid
“ dengarkan, ibu Rina tadi izin! Keterangannya akan pergi kesekolah yang dulu untuk menghadiri acara perpisahan dirinya, dan ibu juga menitip pesan, ada tugas dari bu Rina. Kerjakan soal di buku paket hal 120 no 1-30 ya anak-anak ?” jelas guru piket.
“haah? Kok jadi nambah sih bu?” protes Indah
“ya,saya tidak tahu. Itu amanat dari bu Rina. Kerjakan saja sehisanya, tetapi harus dikumpulkan.” Bujuk guru piket tersebut dengan halus
“iya bu...” sahut anak-anak IX-E
Setelah guru piket itu pergi meninggalkan kelas, tiba-tiba ada celetukan dari arah belakang
“oh...something-something teh mau pesta?” sahut Budy
“iya, cuman perpisahan aja. Meni harus ninggalin kelas. Bisakan nanti aja pas pulang sekolah! Segitu tinggal 1 jam lagi.’ Putri berpendapat
“iya.” Lia menyetujui
“ah kalian, ada ibu protes gak ada ibu perotes juga. Yang penting mah kita sekarang terbebas dari bu menyebalkan itu ya kan ? hahaha....” sahut Indri
“ bener...Ndri seetuju-setuju.” Sahut teman-teman dikelas.
“ya udah mending kita main kucing=kucingan ajah? Dimana mau gak?” ajak Indri
“oke..oke..ayo mulai!” ajak Budy juga
Suasana kelas begitu ricuh, tiba-tiba saja bel berbunyi tanda pelajaran telah usai, anak-anak IX-E segera meningalkan kelas.
*****
Putri,Lia,Indri,Ica,dan Susanpulang bersama. Sepanjang jalan mereka dihiasi oleh canda dan tawa akibat kegokilan Indri. Selagi mereka bercanda, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, menyerempet mereka yang berada dipinggir jalan.
“woy...biasa aja dong ngejalanin mobilnya!” teriak Indri
Brak.....!!! serentak merekapun kaget dan menjerit. Mobil itu menabrak sebuah truck bermuatan pasir. Truck itu terguling menimpa sebuah mobil sedan dan mengubur mobil sedan itu.
“wey...bantuin-bantuin!!!” ajak Lia
seluruh penduduk sekitar mengerumi TKP selagi mengeruk pasir, terdengar dari dalam mobil suara wanita meminta tolong
“tolong...tolong...tolong...” rintih wanita didalam mobil
“cepet...cepet...ngeruknya, orang yang didalemnya masih hidup!” ajak Indri pada orang disekitarnya. Merekapun bergegas cepat mengeruk pasir yang menimbun mobil itu, sedikit demi sedikit pasir itupun mulai habis, sehingga terlihatlah wujud mobil itu. Di-lapnya kaca mobil itu oleh Indri
“Astagfirulloh...ibu!!!bu Rina!!! Ibu gak apa-apa?” teriak Indri terkejut
“hah bu Rina?” tanya heran Putri,Lia,Susan,dan Ica dengan terkaget juga
“ayo cepet bantu teman !!!” ajak Ica
Dengan dibantunya warga masyarakat sekitar, passirpun mulai terbuang
“Lia...Lia cepet telfon polisi sama ambulance ! cepet Lia ! “ perintah Indri
“iya,iya” Lia menyanggupinya sembari gugup
“pintunya gak bisa dibuka! Ibu bisa buka kuncinya gak bu?” ucap Indri
“susah Indri, kaki ibu terjepit ! tangan kanan ibu susah digerakan.” Jawab bu Rina
“Astagfirulloh halazim...ya udah bu, buka aja kacanya! Pijit tomblonya !” Instruksi Indri dari luar mobil
“iya...” jawab ibu
“terbukalah kaca mobil itu dan tangan Indripun membuka pintu itu dari dalam
“ibu...ibu...bisa keluargak ? “ tanya Indri
“gak bisa Indri, kaki ibu kejepit sama ringsekan mobil.” Jawab bu Rina
Bagian depan mobil ibu Rina tertimpa bak truck itu,sehingga bagian depan mobil ibu ringsek. Kaki ibupun terjepit oleh bagian mobil yang ringsek itu.
“sepertinya kaki ibu susah digerakan.” Jawab ibu
Indri,Lia,Susan,Ica,dan Putri menangis karena mobil itu dan bu Rina penuh dengan darah bu Rina
“ibu kuat ya bu, ambulancenya bentar lagi datang. Ibu, boleh saya minta nomer keluarga ibu? Biar saya kasih tau mereka “ bujuk Lia
“ ya boleh, handphone-nya didalem Lia.” Kata bu Rina pada Lia sambil menhan rasa sakit.
Tinut...tinut...tinut...
*****
Terdengar suara sirine ambulance. Selagi Lia mau menelfon keluarga bu Rina, tiba-tiba ada telfon dari kepala sekolah asal bu Rina.
“hallo?” belum selesai Lia mengucapkan salam, bapak itu langsung memotong pembicaraannya.
“Rin, cepat kesekolah!” saya mau berbicara dengan anda!cepat!” gerutu bapak itu
Belum sempat menjelaskan situasinya ibu Rina, telfon telah ditutup oleh bapak itu. Saat Lia kebingungan, bu Rina diangkat ke ambulance. Mereka semua ikut ke mobil ambulance untuk mengantar bu Rina. Bu Rina pingsan di dalam mobil mungkin karena darah bu Rina sudah banyak terbuang dan mungkin ibu capek untuk menahan rasa sakitnya.
*****
Sesampainya dirumah sakit, bu Rina segera dibawa ke UGD, dan mereka menunggu di luar. Hari-pun menjadi Lia berpamitan kepada teman-temannya untuk pulang duluan. Disusul oleh Putri dan Susan. Merekapun pulang, karena sudah ditelfon oleh orangtuanya. Yang tersisa hanyalah Ica dan Indri. Mereka meminta izin kepada orang tua mereka agar menemani bu Rina di rumah sakit.
Krek...krek...krek...
Indri yang tidak bisa tidur, membangunkan Ica yang lagi tidur.
“ca...ca...bangun, ibu Rina udah keluar.”
“hah? Udah? Bagus deh aku mau tidur lagi.huam...” ica melipat tangannya dan kembali berbaring di kursi.
“ca...kaki ibu ca!” Indri mengoyang-goyangkan badan Ica sambil sedikit bertriak
Ica kaget dan terbangun
“Kenapa Ndri?” ucap Ica sambil mengucek-ngucek matanya
“kaki ibu Ca...” jawab Indri sambil memperlihatkan muka yang kaget.
Secara tak sadar air mata Indri jatuh. Ica mengok ke arah ibu Rina yang sedang diderek ke runag ICU
Ica menangis sambil berlari kearah ibu
“ibu...!!! kaki ibu kenapah?” Ica menangis sambil mengikuti bu Rina ke ruang ICU
Dilihatnya wajah bu Rina yang tanpa ekspresi dan terklihat menahan air mata.
Ica menangis dipelukan Indri yang juga menangis.
*****
Keesokan harinya, Indah,Putri,Lia,dan Susan datang kerumah sakit sebelum mereka kesekolah.
“Ica...!!!” teriak Susan dari kejauhan sambil berlari mengahampiri Ica
“Ica kenapa?” tanya Susan kebingungan sambil ngos-ngosan karena telah berlari.
Indri dan Ica duduk terpaku di depan ruang ICU. Terlihat air mata Ica jatuh lagi.
“Ica kenapah? Ica...!” Susan bertanya sambil mengoyang-goyangkan badan Ica
“San,udah San, biar Ica tenang dulu.” Bujuk Indri
“tapi Ica kenpah? Dan bu Rina?” Susan baru sadar dengan keadaan bu Rina
“sini San,sini temn-temen!” ajak Indri pada teman-temannya
“kenapa-kenapa?” mereka bertanya pad aIndri dengan penasaran
“teman-teman,hufth...” Indri menghembuskan nafasnya sambil menahan tangis, tetapi air mata itu terjatuh juga.
“Indri sebenarnya ada apa ini?” tanya Lia dengan penasaran
“ayo kita masuk kedalam!” ajak Indri kepada teman-temannya untuk masuk keruang ICU
“iya,ayo!!” sahut teman-temannya
Krek...
Pintu-pun dibuka mereka.
“ibu...!!!” teriak mereka sambil berlari menghampiri bu Rina dan menangis.
Terlihat kaki bu rina yang di perban. Ke-2 kaki bu Rina di amputasi .yang tersisa hanya bagian kaki paha saja yang terbalut perban.
Bu Rina hanya terdiam menatap kosong ke depan.
“ibu, kaki ibu kenapa ?” ucap putri sambil menangis.
Indah memegang tangannya ibu Rina dan berkata.
“maafin aku bu, aku selalu buat ibu kesal, aku selalu buat ibu marah, aku yang selalu keluar kelas tanpa sepengetahuan ibu. Aku minta maaf bu!! Aku minta maaf.”
“ aku juga bu, aku juga minta maaf. Aku sering ngelawan ibu, aku sering berbicara tidak sopan pda ibu, aku minta maaf.!” Tambah Susan
“ kami juga bu,” dan Lia juga meminta maaf sambil memeluk bu Rina.
Indri keluar, menghampiri Icha yang sedang menangis.
“kenapa Ndri ?” tnya Icha smbil menangis
“sebenci benci nya aku sama bu Rina, tapi aku sadar dia guru kita. Dia juga manusia dan ingin juga di hormati dan di hargai. Aku sering menghujat dia karena aku tak suka dengan sikapnya. Aku benci dia karena dia egois, tapi sekarang ? hati aku sangat sakit Cha, aku sedih sama diri aku sendiri yang gak bisa bersikap baik sewaktu ia ga kaya gini.” Indri meluapkan isi hatinya pada Icha sambil menangis.
“ia,aku juga sadar. Kita seharus nya bersikap baik walau orang itu memang menyakiti hati kita. Tuhan maha mellihat, dan dia juga maha adil. Kita gak tau mungkin yang bakal terjadi nanti, besok, atau hari yang akan datang. Yang cuma bisa kita la lakuin sekarang hanyalah berdo’a dan berharap agar ibu cepat lekas sembuh dan semoga setelah adanya kejadian ini kita semua sadar bahwa tak selamanya manusia itu dibenci dan tak selamanya manusia itu disukai. Ya udah Ndri jangan nangis lagi ! jelek tau !” ledek Ica sambil menenangkan Indri
“ibu juga minta maaf.” Terdengar suara lembut dan lemah dibelakang mereka .
“ibu? Indri dan Ica terkaget karena ibu Rina berada dibelakang mereka.
Ibu Rina duduk dikursi roda sambil didiorong Putri,Indah,Lia,dan Susan dari belakang
“ibu juga mau minta maaf buat keegoisan dan kecerewetan ibu, kecentilan ibu, dan ibu sering marah sam kalian. Ibu minta maaf yah?” ibu berbicara
“iya bu, Ica sama Indri juga mau minta maaf udah berlaku gak sopan sama ibu. Maaf ya bu?” jelas Ica
Ica memeluk ibu Rina dan ibu Rina berkata
“yah....” sambil tersenyum
“selamat hari lebaran, minal aizin walfaizin mari bersalam-salaman mari bermaaf-maaf. Ih serasa lebaran yah maaf-maafan? Hehehe.” Canda Susan
“hahahahahahhahahahahahahahahahahaha.....” mereka semua tertawa